CATEGORY
- Akhwat
- Al-Quran
- Aqidah
- Arsip
- Birayang
- Blogging
- Bola
- Download
- Dunia Islam
- Fenomena
- Fiqih
- Handphone
- Ikhwan
- Indonesia
- Informasi
- Inspiratif
- Intermezo
- Internet
- Islah
- Kesehatan
- Khazanah
- Komputer
- Kreatif
- Lokal
- Motivasi
- Musik
- Nasyid
- Olahraga
- Pendidikan
- Pengetahuan
- Profil
- Ragam
- Renungan
- Resensi
- Seni
- Spiritual
- Sunnah
- Tahukah Ente
- Tarbiyah
- Teknologi
- Tips Trik
- Tokoh
- Ukhuwah
- Umum
- Video
Pembelaan kaum Muslimin Indonesia terhadap penistaan yang dilakukan pada sosok mulia, Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam, bukan kali ini saja terjadi. Pada masa lalu, sikap tegas dan pembelaan umat Islam dalam memprotes segala bentuk penghinaan terhadap Rasulullah juga pernah dilakukan secara massif dan besar-besaran.
Ribuan aktivis dan tokoh-tokoh Islam, bergerak serentak melakukan Apel Akbar di Surabaya pada 6 Februari 1912, menyikapi pelecehan yang dilakukan oleh sebuah media massa yang dikelola oleh kelompok kebatinan-kejawen-sekular yang bernama Djawi Hisworo.
Aktivis kebatinan-kejawen-sekular yang pada masa itu dekat dengan kelompok Theosofi dan Freemasonry, yang bergerak dalam selubung kebangsaan, membuat sebuah media massa berbahasa Jawa bernama Djawi Hisworo.
Pada edisi 8-11 Januari 1918, media tersebut memuat artikel yang menghina Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi wasallam sebagai pemabuk dan pemadat. Artikel yang berjudul “Percakapan Antara Marto dan Djojo” tersebut menggemparkan kota Surakarta dan membuat geram para aktivis Central Sarekat Islam.
Martodharsono, tokoh kebatinan-kejawen dituding berada di balik artikel yang berisi pelecehan terhadap Rasulullah terebut. Penyebutan Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam sebagai pemabuk dan pemadat memancing reaksi keras kaum Muslimin di tanah Jawa.
Sebuah Rapat Akbar umat Islam yang dipelopori oleh Central Sarekat Islam digelar di Surabaya pada 6 Februari 1918. Rapat akbar tersebut dihadiri oleh ribuan umat Islam, yang kemudian menyepakati dibentuknya sebuah satuan khusus yang bertugas untuk melawan segala bentuk penistaan terhadap Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam.
Satuan khusus tersebut kemudian diberi nama “Tentara Kandjeng Nabi Muhammad” dan dipimpin oleh tokoh dan ideolog Sarekat Islam, Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto. Selain HOS Tjokroaminoto dan beberapa aktivis Sarekat Islam lainnya, di antara anggota Tentara Kandjeng Nabi Muhammad adalah tokoh dan pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan.
Dalam dokumen resminya, tujuan berdirinya Tentara Kandjeng Nabi Muhammad atau Tentara Kandjeng Rosoel,antara lain, “Mencari persatuan lahir batin antara segenap kaum Muslimin, terutama sekali yang tinggal di Hindia Belanda, dan untuk menjaga dan melindungi kehormatan Islam, kehormatan Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi wasallam, serta kehormatan kaum Muslimin”.
Terbentuknya satuan khusus Tentara Kandjeng Nabi Muhammad di Jawa ini kemudian mendapat sambutan luas di berbagai daerah. Berbagai aksi digelar untuk mendapat dukungan dan dana. Pada 24 Februari 1918, Tentara Kandjeng Nabi Muhammad kemudian melakukan berbagai aksi protes di beberapa wilayah di Jawa dan sebagian di Sumatera yang diikuti oleh ratusan ribu massa kaum Muslimin. Pembentukan satuan khusus ini menurut Sarekat Islam (SI), semata-mata adalah isyarat agar pihak di luar Islam tidak lagi semena-mena melakukan penghinaan terhadap Rasulullah dan untuk menjaga kehormatan dan martabat umat Islam.
Keberadaan Tentara Kandjeng Nabi Muhammad kemudian mendapat reaksi keras dari para aktivis kebatinan-kejawen-sekular. Untuk menandingi satuan khusus umat Islam tersebut, mereka kemudian membentuk Komite Nasionalisme Jawa(Comitte voor het Javaansche Nationalisme). Komite ini menuduh satuan khusus yang dibentuk oleh SI untuk membela Nabi Muhammad sebagai gerakan yang ditunggangi oleh kepentingan asing, yakni kepentingan Arab.
Pada masa lalu, penghinaan dan pelecehan terhadap Islam yang dilakukan oleh kelompok kebangsaan-sekular penganut kebatinan-kejawen memang terus berlangsung. Majalah Bangoen No. 9 dan 10 tahun 1937, yang dikelola oleh aktivis Theosofi, Siti Soemandari, menurunkan artikel yang berisi cacian terhadap Islam, terutama penghinaan terhadap istri-istri Rasulullah.
Seperti halnya Djawi Hisworo, pelecehan yang dilakukan oleh Majalah Bangoen ini juga memantik kemarahan umat Islam, sehingga dilangsungkan Rapat Akbar di Batavia pada 18 Desember 1937. Belakangan diketahui, Majalah Bangoen mendapat pendanaan dari Vrijmetselarij (Freemasonry).(Lihat buku Jaringan Yahudi Internasional di Nusantara, Artawijaya, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011).
Selain dilakukan oleh para aktivis kebatinan-kejawen-sekular, penghinaan terhadap ajaran Islam dan kemuliaan Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi wasallam juga dilakukan para aktivis zending Kristen. Di Bandung, penghinaan terhadap Rasulullah pada masa lalu, disikapi oleh organisasi Persatuan Islam (Persis), dengan mendirikan Central Komite Pembela Islam. Melalui salah seorang tokohnya, Mohammad Natsir, Komite Pembela Islam melakukan berbagai konter opini dan protes keras terhadap pelecehan yang dilakukan oleh seorang pendeta Belanda.
Jadi, upaya membela kemuliaan Islam dan Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam di negeri ini sejatinya memiliki akar sejarah yang kuat. Umat Islam di negeri ini pada masa lalu juga memiliki semangat juang yang tinggi dalam membela harkat dan martabat Islam.
Jika saat ini ada Front Pembela Islam (FPI), maka pada masa lalu juga ada Komite Pembela Islam. Jika sekarang ada Laskar Pembela Islam, maka pada era dulu juga ada Tentara Kandjeng Nabi Muhammad. Dari dulu hingga kini, bahkan sampai Hari Kiamat, siapapun yang melecehkan Islam akan terus mendapatkan perlawanan.
Jadi, jangan coba-coba memantik api, jika tak ingin terbakar!
Sumber : http://salam-online.com/2012/09/di-negeri-ini-dulu-ada-tentara-kandjeng-nabi-muhammad-satuan-khusus-pembela-kemuliaan-islam.html
Ribuan aktivis dan tokoh-tokoh Islam, bergerak serentak melakukan Apel Akbar di Surabaya pada 6 Februari 1912, menyikapi pelecehan yang dilakukan oleh sebuah media massa yang dikelola oleh kelompok kebatinan-kejawen-sekular yang bernama Djawi Hisworo.
Aktivis kebatinan-kejawen-sekular yang pada masa itu dekat dengan kelompok Theosofi dan Freemasonry, yang bergerak dalam selubung kebangsaan, membuat sebuah media massa berbahasa Jawa bernama Djawi Hisworo.
Pada edisi 8-11 Januari 1918, media tersebut memuat artikel yang menghina Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi wasallam sebagai pemabuk dan pemadat. Artikel yang berjudul “Percakapan Antara Marto dan Djojo” tersebut menggemparkan kota Surakarta dan membuat geram para aktivis Central Sarekat Islam.
Martodharsono, tokoh kebatinan-kejawen dituding berada di balik artikel yang berisi pelecehan terhadap Rasulullah terebut. Penyebutan Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam sebagai pemabuk dan pemadat memancing reaksi keras kaum Muslimin di tanah Jawa.
Sebuah Rapat Akbar umat Islam yang dipelopori oleh Central Sarekat Islam digelar di Surabaya pada 6 Februari 1918. Rapat akbar tersebut dihadiri oleh ribuan umat Islam, yang kemudian menyepakati dibentuknya sebuah satuan khusus yang bertugas untuk melawan segala bentuk penistaan terhadap Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam.
Satuan khusus tersebut kemudian diberi nama “Tentara Kandjeng Nabi Muhammad” dan dipimpin oleh tokoh dan ideolog Sarekat Islam, Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto. Selain HOS Tjokroaminoto dan beberapa aktivis Sarekat Islam lainnya, di antara anggota Tentara Kandjeng Nabi Muhammad adalah tokoh dan pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan.
Dalam dokumen resminya, tujuan berdirinya Tentara Kandjeng Nabi Muhammad atau Tentara Kandjeng Rosoel,antara lain, “Mencari persatuan lahir batin antara segenap kaum Muslimin, terutama sekali yang tinggal di Hindia Belanda, dan untuk menjaga dan melindungi kehormatan Islam, kehormatan Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi wasallam, serta kehormatan kaum Muslimin”.
Terbentuknya satuan khusus Tentara Kandjeng Nabi Muhammad di Jawa ini kemudian mendapat sambutan luas di berbagai daerah. Berbagai aksi digelar untuk mendapat dukungan dan dana. Pada 24 Februari 1918, Tentara Kandjeng Nabi Muhammad kemudian melakukan berbagai aksi protes di beberapa wilayah di Jawa dan sebagian di Sumatera yang diikuti oleh ratusan ribu massa kaum Muslimin. Pembentukan satuan khusus ini menurut Sarekat Islam (SI), semata-mata adalah isyarat agar pihak di luar Islam tidak lagi semena-mena melakukan penghinaan terhadap Rasulullah dan untuk menjaga kehormatan dan martabat umat Islam.
Keberadaan Tentara Kandjeng Nabi Muhammad kemudian mendapat reaksi keras dari para aktivis kebatinan-kejawen-sekular. Untuk menandingi satuan khusus umat Islam tersebut, mereka kemudian membentuk Komite Nasionalisme Jawa(Comitte voor het Javaansche Nationalisme). Komite ini menuduh satuan khusus yang dibentuk oleh SI untuk membela Nabi Muhammad sebagai gerakan yang ditunggangi oleh kepentingan asing, yakni kepentingan Arab.
Pada masa lalu, penghinaan dan pelecehan terhadap Islam yang dilakukan oleh kelompok kebangsaan-sekular penganut kebatinan-kejawen memang terus berlangsung. Majalah Bangoen No. 9 dan 10 tahun 1937, yang dikelola oleh aktivis Theosofi, Siti Soemandari, menurunkan artikel yang berisi cacian terhadap Islam, terutama penghinaan terhadap istri-istri Rasulullah.
Seperti halnya Djawi Hisworo, pelecehan yang dilakukan oleh Majalah Bangoen ini juga memantik kemarahan umat Islam, sehingga dilangsungkan Rapat Akbar di Batavia pada 18 Desember 1937. Belakangan diketahui, Majalah Bangoen mendapat pendanaan dari Vrijmetselarij (Freemasonry).(Lihat buku Jaringan Yahudi Internasional di Nusantara, Artawijaya, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011).
Selain dilakukan oleh para aktivis kebatinan-kejawen-sekular, penghinaan terhadap ajaran Islam dan kemuliaan Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi wasallam juga dilakukan para aktivis zending Kristen. Di Bandung, penghinaan terhadap Rasulullah pada masa lalu, disikapi oleh organisasi Persatuan Islam (Persis), dengan mendirikan Central Komite Pembela Islam. Melalui salah seorang tokohnya, Mohammad Natsir, Komite Pembela Islam melakukan berbagai konter opini dan protes keras terhadap pelecehan yang dilakukan oleh seorang pendeta Belanda.
Jadi, upaya membela kemuliaan Islam dan Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam di negeri ini sejatinya memiliki akar sejarah yang kuat. Umat Islam di negeri ini pada masa lalu juga memiliki semangat juang yang tinggi dalam membela harkat dan martabat Islam.
Jika saat ini ada Front Pembela Islam (FPI), maka pada masa lalu juga ada Komite Pembela Islam. Jika sekarang ada Laskar Pembela Islam, maka pada era dulu juga ada Tentara Kandjeng Nabi Muhammad. Dari dulu hingga kini, bahkan sampai Hari Kiamat, siapapun yang melecehkan Islam akan terus mendapatkan perlawanan.
Jadi, jangan coba-coba memantik api, jika tak ingin terbakar!
Sumber : http://salam-online.com/2012/09/di-negeri-ini-dulu-ada-tentara-kandjeng-nabi-muhammad-satuan-khusus-pembela-kemuliaan-islam.html
Subscribe to:
Post Comments
(Atom)
Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘alamiin.
ReplyDeleteLebih dan kurang saya mohon maaf. Semoga Allaah SWT selalu mencurahkan kasih sayang kepada kaum Muslim : yang hidup dan yang mati, di dunia dan di akhirat. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.
Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah
A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
Arrahmaanirrahiim
Maaliki yaumiddiin,
Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
Ihdinashirratal mustaqiim,
Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin
Aamiin
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.
Allaahumma shalli wa sallim wa baarik, 'alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wa azwaajihim wa aalihim wa dzurriyyaatihim wa ash-haabihim wa ummatihim ajma'iin.
ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ‘ALAYYA MIN KHAZAA INI RAHMATIKA YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.
RABBI INNII LIMAA ANZALTA ILAYYA MIN KHAIRIN FAQIIR.
Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.
Allaahummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa.
Ya Allaah, terimalah amal saleh kami, ampunilah amal salah kami, mudahkanlah urusan kami, lindungilah kepentingan kami, ridhailah kegiatan kami, angkatlah derajat kami dan hilangkanlah masalah kami.
Ya Allaah, tetapkanlah kami selamanya menjadi Muslim.
Ya Allaah, percepatlah kebangkitan KAUM MUSLIM. Pulihkanlah kejayaan KAUM MUSLIM, Lindungilah KAUM MUSLIM dari kesesatan dan berilah KAUM MUSLIM tempat mulia di akhirat.
Allaahumma inna nas aluka husnul khaatimah wa na’uudzubika min suu ul khaatimah.
Allaahuma inna nas’aluka ridhaka waljannata wana’uudzubika min shakhkhatika wannaar.
Allaahummadfa’ ‘annal balaa-a walwabaa-a walfahsyaa-a wasy-syadaa-ida walmihana maa zhahara minhaa wamaa bathana min baladinaa haadzaa khaash-shataw wamin buldaanil muslimuuna ‘aammah.
Allaahumma ahlikil kafarata walmubtadi-‘ata walmusyrikuun, a’daa-aka a’daa-ad diin.
Allaahumma ashlih lanaa diinanal ladzii huwa ‘ishmatu amrina Wa ashlih lanaa dun-yaanal latii fii haa ma’asyunaa. Wa ashlih lanaa aakhiratanal latii ilaihaa ma’aadunaa. Waj’alil hayaata ziyadatan lanaa fii kulli khairin. Waj’alil mauta raahatan lanaa min kulli syarrin
YA ALLAAH, IZINKANLAH SEGALA NAMA DAN GELAR SAYYIDINA WA NABIYYINA WA MAULAANAA MUHAMMAD SHALLALLAAHU’ALAIHI WA AALIHI WA SHABIHI WA UMMATIHI WA BARAKA WAS SALLAM MEWUJUDKAN BERKAH KE SEANTERO SEMESTA – KHUSUSNYA BAGI KAMI, KELUARGA KAMI DAN KAUM MUSLIM.
—— doa khusus untuk PARA NABI, PARA KELUARGANYA, PARA SAHABATNYA, SEMUA YANG BERJASA PADA (PARA) NABI, PARA SALAF AL-SHAALIH, PARA SYUHADA, PARA WALI, PARA HABAIB, PARA IMAM, PARA ULAMA DAN SEMUA YANG BERJASA PADA ISLAM, SERTA SEMUA MUSLIM SALEH YANG (TELAH) WAFAT. Semoga Allaah selalu mencurahkan kasih sayang kepada mereka.
Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.
Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidinaa wa nabiyyinaa wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam.
HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.
Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘aalamiin.
Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.
Indra Ganie – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia
Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘alamiin.
ReplyDeleteLebih dan kurang saya mohon maaf. Semoga Allaah SWT selalu mencurahkan kasih sayang kepada kaum Muslim : yang hidup dan yang mati, di dunia dan di akhirat. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.
Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah
A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
Arrahmaanirrahiim
Maaliki yaumiddiin,
Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
Ihdinashirratal mustaqiim,
Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin
Aamiin
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.
Allaahumma shalli wa sallim wa baarik, 'alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wa azwaajihim wa aalihim wa dzurriyyaatihim wa ash-haabihim wa ummatihim ajma'iin.
ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ‘ALAYYA MIN KHAZAA INI RAHMATIKA YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.
RABBI INNII LIMAA ANZALTA ILAYYA MIN KHAIRIN FAQIIR.
Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.
Allaahummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa.
Ya Allaah, tetapkanlah kami selamanya menjadi Muslim.
Ya Allaah, percepatlah kebangkitan KAUM MUSLIM. Pulihkanlah kejayaan KAUM MUSLIM, Lindungilah KAUM MUSLIM dari kesesatan dan berilah KAUM MUSLIM tempat mulia di akhirat.
Allaahumma inna nas aluka husnul khaatimah wa na’uudzubika min suu ul khaatimah.
Allaahuma inna nas’aluka ridhaka waljannata wana’uudzubika min shakhkhatika wannaar.
Allaahummadfa’ ‘annal balaa-a walwabaa-a walfahsyaa-a wasy-syadaa-ida walmihana maa zhahara minhaa wamaa bathana min baladinaa haadzaa khaash-shataw wamin buldaanil muslimuuna ‘aammah.
Allaahumma ahlikil kafarata walmubtadi-‘ata walmusyrikuun, a’daa-aka a’daa-ad diin.
Allaahumma ashlih lanaa diinanal ladzii huwa ‘ishmatu amrina Wa ashlih lanaa dun-yaanal latii fii haa ma’asyunaa. Wa ashlih lanaa aakhiratanal latii ilaihaa ma’aadunaa. Waj’alil hayaata ziyadatan lanaa fii kulli khairin. Waj’alil mauta raahatan lanaa min kulli syarrin
YA ALLAAH, IZINKANLAH SEGALA NAMA DAN GELAR SAYYIDINA WA NABIYYINA WA MAULAANAA MUHAMMAD SHALLALLAAHU’ALAIHI WA AALIHI WA SHABIHI WA UMMATIHI WA BARAKA WAS SALLAM MEWUJUDKAN BERKAH KE SEANTERO SEMESTA – KHUSUSNYA BAGI KAMI, KELUARGA KAMI DAN KAUM MUSLIM.
—— doa khusus untuk PARA NABI, PARA KELUARGANYA, PARA SAHABATNYA, SEMUA YANG BERJASA PADA (PARA) NABI, PARA SALAF AL-SHAALIH, PARA SYUHADA, PARA WALI, PARA HABAIB, PARA IMAM, PARA ULAMA DAN SEMUA YANG BERJASA PADA ISLAM, SERTA SEMUA MUSLIM SALEH YANG (TELAH) WAFAT. Semoga Allaah selalu mencurahkan kasih sayang kepada mereka.
—— doa khusus untuk PARA NABI, PARA KELUARGANYA, PARA SAHABATNYA, SEMUA YANG BERJASA PADA (PARA) NABI, PARA SALAF AL-SHAALIH, PARA SYUHADA, PARA WALI, PARA HABAIB, PARA IMAM, PARA ULAMA DAN SEMUA YANG BERJASA PADA ISLAM, SERTA SEMUA MUSLIM SALEH YANG (TELAH) WAFAT. Semoga Allaah selalu mencurahkan kasih sayang kepada mereka.
ALLAAHUMMAGHFIRLAHUM WARHAMHUM WA’AAFIHIM WA’FU ‘ANHUM
ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHUM WA LAA TAFTINNAA BA’DAHUM WAGHFIRLANAA WALAHUM
———————
Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.
Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidinaa wa nabiyyinaa wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam.
HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.
Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘aalamiin.
Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.
Ganie, Indra – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia