CATEGORY
- Akhwat
- Al-Quran
- Aqidah
- Arsip
- Birayang
- Blogging
- Bola
- Download
- Dunia Islam
- Fenomena
- Fiqih
- Handphone
- Ikhwan
- Indonesia
- Informasi
- Inspiratif
- Intermezo
- Internet
- Islah
- Kesehatan
- Khazanah
- Komputer
- Kreatif
- Lokal
- Motivasi
- Musik
- Nasyid
- Olahraga
- Pendidikan
- Pengetahuan
- Profil
- Ragam
- Renungan
- Resensi
- Seni
- Spiritual
- Sunnah
- Tahukah Ente
- Tarbiyah
- Teknologi
- Tips Trik
- Tokoh
- Ukhuwah
- Umum
- Video
Bahasa gaul yang biasa digunakan ABG terus mengalami perubahan dari masa ke masa. Setelah marak penggunaan bahasa alay dengan ketikan singkat aneh, kombinasi simbol, angka dan huruf yang dicampur aduk, kini mulai muncul lagi kata-kata aneh seperti ciyus (serius) dan miapah (demi apa). Pemuda sekarang seakan-akan hanya berkomunikasi dengan bahasa yang hanya dapat dimengerti oleh kaumnya sendiri.
Jika memperhatikan fenomena alay para ababil jaman sekarang perut ane rasanya geli dan mual sekali. Nampak sekali bahwa mereka ingin menonjolkan karakter yang narsis dan manjanya, seolah-olah terlihat unyu-unyu, huek.. Mungkin menurut mereka inilah yang disebut eksis dan gaul, namun fenomena ini cukup merusak, selain merusak mental anak-anak remaja kita menjadi tampak aneh, juga merusak tatanan bahasa kita, bahasa Indonesia jadi kacau. Makanya remaja jaman sekarang bermental rapuh, sedikit-sedikit galau. Right?
Fenomena Remaja Alay
Kata-kata ciyus serta miapah yang diakhiri dengan tanda tanya sedang booming belakangan ini. Bahkan, salah satu perusahaan penyedia jasa telekomunikasi sudah memasukkan Ciyus Miapah dalam iklan mereka di layar kaca. Ciyus artinya Serius, dan Miapah artinya Demi Apa.
Semuanya kata tanya. Di rumah, di kampus, di tempat kerja, setiap melontarkan kalimat serius, waspadalah lawan bicara hanya akan merespon, Ciyus? Miapah? Bukan hanya interaksi secara langsung. Melalui aplikasi chatting di ponsel, jejaring sosial, waspada Ciyus Miapah juga berlaku.
Delapan puluh empat tahun lalu, tentu Ciyus Miapah belum dikenal. Saat itu, pemuda Indonesia melangsungkan Kongres Pemuda untuk menelurkan identitas pemuda kita. Ya, Sumpah Pemuda. Sejak di bangku sekolah dasar, para guru mengajarkan muridnya tiga poin sumpah pemuda. Intinya, pemuda Indonesia mengaku berbangsa satu, bertanah air satu, dan berbahasa satu. Nah, tampaknya pemuda Indonesia belakangan ini sudah mengingkari sumpah para sesepuhnya dulu. Ciyus!
Tapi, sebelum Ciyus Miapah mewabah, “pelanggaran” Sumpah Pemuda poin ke-tiga juga sudah sering terjadi. Sebelumnya, pemuda-pemuda Indonesia gemar mengumbar kata Cemugudhhhh! Yang berarti “Semangat!”. Atau dalam tulisan, bahasa Indonesia dimodifikasi sedemikian rupa, agar si pembaca butuh waktu untuk memahami sebuah kalimat. Sebuah kata divariasi dengan huruf besar kecil, dan dipoles dengan menggunakan angka. Sebut saja, “h4Lo, 9i nGaP4ind?, L4gi Si8uk ?”. Atau menyingkat-nyingkat tulisan sehingga cukup sulit dibaca.
Masyarakat Indonesia sepakat memberi label “bahasa” tersebut dengan sebutan bahasa Alay. Alay adalah akronim dari “Anak Layangan”. Konon, karena layangan atau layang-layang bukan lagi permainan yang popular di Indonesia, maka Anak Layangan berarti “ketinggalan zaman” atau “norak”. Tampaknya memang ketinggalan zaman jika anak muda zaman sekarang masih bermain layangan sementara kawan mereka beradu PES 2012 di Playstation atau sibuk melakukan obrolan di Facebook, Yahoo Messenger, atau berkicau mengenai kegalauan mereka di situs microblogging Twitter.
Setelah dipikir-pikir, siapa yang tidak pernah jadi Alay?. Rasa-rasanya semua dari kita pernah kampungan. Ketika era SMS seharga Rp 350, kita selalu menyingkat “berlebihan” pesan yang kita kirim. Ketika itu pula, situs Friendster teramat popular. Menariknya, bahasa yang dianggap gaul di Friendster adalah bahasa dengan kalimat menggunakan huruf besar-kecil, dan disisipi angka atau simbol.
Dari segi fashion, saat ini celana senapan ala Elvis Prasley dianggap ketinggalan zaman. Namun, saat awal tahun 2000, siapa di antara kita yang tidak punya celana model tersebut? Kita semua pernah jadi Alay, tanpa kita sadari. Dan kita semua “terpaksa” ikut trend terkini agar tidak disebut alay. Kita semua tanpa sadar “terpaksa” menyisipkan Ciyus Miapah dalam interaksi sehari-hari. Mungkin, 5 tahun lagi, jika masih ada orang yang berucap Ciyus Miapah, orang tersebut akan dicap kampungan.
Kini, 84 tahun setelah ikrar Sumpah Pemuda dilantangkan. Apakah pemuda Indonesia benar-benar inkonsisten dengan poin “mengaku berbahasa satu”?. Ataukah, poin ini, dapat digeneralisir maknanya menjadi “jadilah pemuda yang berakrater”?. Karena sungguh teramat sulit untuk konsisten berbahasa Indonesia sementara pemuda kita akrab dengan trending topic, dengan masterchef, dengan get well soon dan seabrek istilah asing lainnya. Maka, jika ingin menjadi berkarakter, seharusnya pemuda Indonesia merespon dirampoknya pajak mereka dengan berseru, Ciyus? Miapah?.
Parodi Sumpah Pemuda
Soempah Pemoeda 1928
Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.
Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia.
Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia.
Sampah Pemuda 2012
Loeh ┒(‘o’┒) Guweh (┎’,'┒) Satu Tanah Air .. Tanah Endonesahh geetto loohh!
Loeh ┒(‘o’┒) Guweh (┎’,'┒) Satu Bangsa… Bangsa Endonesahh .. getoo Bro.. !
Loeh ┒(‘o’┒) Guweh (┎’,'┒) Satu Bahasa, yah.. Bahasa Gawull gtooh Cyiiiinnn…!!
Sumpeeeeee loeee!
Kamus Alay
Ciyus = Serius?
Miapah = Demi apa?
Cungguh = Sungguh
Binun = Bingung
Akooh = Aku
Qmuh = Kamu
Cemungudh = Semangat
Gudnyus = Good news
Masya = Masak?
Lahacia = Rahasia
Amaca = Ah masak?
Kiyim = Kirim
Ca oong cih = Masa bohong sih?
Macapah = Sama siapa?
Maacih = Terima kasih
Macama = Samasama
Daboweh = Tidak boleh
Angenamu = Kangen kamu
Referensi:
http://makassar.tribunnews.com/mobile/index.php/2012/10/28/sumpah-pemuda-ciyus-miapah
http://ramamuare.blogspot.com/2011/11/bahasa-indonesia-sebagai-alat.html
http://merdeka.com/tag/a/anak-alay/
Jika memperhatikan fenomena alay para ababil jaman sekarang perut ane rasanya geli dan mual sekali. Nampak sekali bahwa mereka ingin menonjolkan karakter yang narsis dan manjanya, seolah-olah terlihat unyu-unyu, huek.. Mungkin menurut mereka inilah yang disebut eksis dan gaul, namun fenomena ini cukup merusak, selain merusak mental anak-anak remaja kita menjadi tampak aneh, juga merusak tatanan bahasa kita, bahasa Indonesia jadi kacau. Makanya remaja jaman sekarang bermental rapuh, sedikit-sedikit galau. Right?
Fenomena Remaja Alay
Kata-kata ciyus serta miapah yang diakhiri dengan tanda tanya sedang booming belakangan ini. Bahkan, salah satu perusahaan penyedia jasa telekomunikasi sudah memasukkan Ciyus Miapah dalam iklan mereka di layar kaca. Ciyus artinya Serius, dan Miapah artinya Demi Apa.
Semuanya kata tanya. Di rumah, di kampus, di tempat kerja, setiap melontarkan kalimat serius, waspadalah lawan bicara hanya akan merespon, Ciyus? Miapah? Bukan hanya interaksi secara langsung. Melalui aplikasi chatting di ponsel, jejaring sosial, waspada Ciyus Miapah juga berlaku.
Delapan puluh empat tahun lalu, tentu Ciyus Miapah belum dikenal. Saat itu, pemuda Indonesia melangsungkan Kongres Pemuda untuk menelurkan identitas pemuda kita. Ya, Sumpah Pemuda. Sejak di bangku sekolah dasar, para guru mengajarkan muridnya tiga poin sumpah pemuda. Intinya, pemuda Indonesia mengaku berbangsa satu, bertanah air satu, dan berbahasa satu. Nah, tampaknya pemuda Indonesia belakangan ini sudah mengingkari sumpah para sesepuhnya dulu. Ciyus!
Tapi, sebelum Ciyus Miapah mewabah, “pelanggaran” Sumpah Pemuda poin ke-tiga juga sudah sering terjadi. Sebelumnya, pemuda-pemuda Indonesia gemar mengumbar kata Cemugudhhhh! Yang berarti “Semangat!”. Atau dalam tulisan, bahasa Indonesia dimodifikasi sedemikian rupa, agar si pembaca butuh waktu untuk memahami sebuah kalimat. Sebuah kata divariasi dengan huruf besar kecil, dan dipoles dengan menggunakan angka. Sebut saja, “h4Lo, 9i nGaP4ind?, L4gi Si8uk ?”. Atau menyingkat-nyingkat tulisan sehingga cukup sulit dibaca.
Masyarakat Indonesia sepakat memberi label “bahasa” tersebut dengan sebutan bahasa Alay. Alay adalah akronim dari “Anak Layangan”. Konon, karena layangan atau layang-layang bukan lagi permainan yang popular di Indonesia, maka Anak Layangan berarti “ketinggalan zaman” atau “norak”. Tampaknya memang ketinggalan zaman jika anak muda zaman sekarang masih bermain layangan sementara kawan mereka beradu PES 2012 di Playstation atau sibuk melakukan obrolan di Facebook, Yahoo Messenger, atau berkicau mengenai kegalauan mereka di situs microblogging Twitter.
Setelah dipikir-pikir, siapa yang tidak pernah jadi Alay?. Rasa-rasanya semua dari kita pernah kampungan. Ketika era SMS seharga Rp 350, kita selalu menyingkat “berlebihan” pesan yang kita kirim. Ketika itu pula, situs Friendster teramat popular. Menariknya, bahasa yang dianggap gaul di Friendster adalah bahasa dengan kalimat menggunakan huruf besar-kecil, dan disisipi angka atau simbol.
Dari segi fashion, saat ini celana senapan ala Elvis Prasley dianggap ketinggalan zaman. Namun, saat awal tahun 2000, siapa di antara kita yang tidak punya celana model tersebut? Kita semua pernah jadi Alay, tanpa kita sadari. Dan kita semua “terpaksa” ikut trend terkini agar tidak disebut alay. Kita semua tanpa sadar “terpaksa” menyisipkan Ciyus Miapah dalam interaksi sehari-hari. Mungkin, 5 tahun lagi, jika masih ada orang yang berucap Ciyus Miapah, orang tersebut akan dicap kampungan.
Kini, 84 tahun setelah ikrar Sumpah Pemuda dilantangkan. Apakah pemuda Indonesia benar-benar inkonsisten dengan poin “mengaku berbahasa satu”?. Ataukah, poin ini, dapat digeneralisir maknanya menjadi “jadilah pemuda yang berakrater”?. Karena sungguh teramat sulit untuk konsisten berbahasa Indonesia sementara pemuda kita akrab dengan trending topic, dengan masterchef, dengan get well soon dan seabrek istilah asing lainnya. Maka, jika ingin menjadi berkarakter, seharusnya pemuda Indonesia merespon dirampoknya pajak mereka dengan berseru, Ciyus? Miapah?.
Parodi Sumpah Pemuda
Soempah Pemoeda 1928
Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.
Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia.
Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia.
Sampah Pemuda 2012
Loeh ┒(‘o’┒) Guweh (┎’,'┒) Satu Tanah Air .. Tanah Endonesahh geetto loohh!
Loeh ┒(‘o’┒) Guweh (┎’,'┒) Satu Bangsa… Bangsa Endonesahh .. getoo Bro.. !
Loeh ┒(‘o’┒) Guweh (┎’,'┒) Satu Bahasa, yah.. Bahasa Gawull gtooh Cyiiiinnn…!!
Sumpeeeeee loeee!
Kamus Alay
Ciyus = Serius?
Miapah = Demi apa?
Cungguh = Sungguh
Binun = Bingung
Akooh = Aku
Qmuh = Kamu
Cemungudh = Semangat
Gudnyus = Good news
Masya = Masak?
Lahacia = Rahasia
Amaca = Ah masak?
Kiyim = Kirim
Ca oong cih = Masa bohong sih?
Macapah = Sama siapa?
Maacih = Terima kasih
Macama = Samasama
Daboweh = Tidak boleh
Angenamu = Kangen kamu
Referensi:
http://makassar.tribunnews.com/mobile/index.php/2012/10/28/sumpah-pemuda-ciyus-miapah
http://ramamuare.blogspot.com/2011/11/bahasa-indonesia-sebagai-alat.html
http://merdeka.com/tag/a/anak-alay/
Subscribe to:
Post Comments
(Atom)
jlkiuj89iyhijkmi
ReplyDelete